HARIANSUMEDANG.COM — Bah Landoeng termasuk salah satu saksi sejarah perhelatan Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung.
Ia bertugas mengumpulkan mobil untuk para delegasi peserta KAA. Perjuangan mengumpulkan mobil tidaklah mudah.
Bekerja mengumpulkan mobil ia lakukan selepas mengajar pada sore hari.
Setelah maghrib, Abah Landoeng langsung berkeliling ke beberapa tempat di Bandung untuk mencari mobil.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Subianto Sebut Rakyat Perlu Pupuk, Bibit, Sekolah Diperbaiki, Tak Usah Seminar Lago
Masalah Bilateral Termasuk Tenaga Kerja Sepakat Kita Tertibkan, Prabowo Subianto ke Malaysia
Sepeda onthel menjadi sahabat baik yang menemaninya bertugas.
Selama dua minggu, Abah Landoeng mampu mengumpulkan 14 mobil dari berbagai penjuru kota Bandung.
Mobil-mobil yang dikumpulkan terbilang mewah pada masanya, seperti Mercy, Dodge, dan Impala.
Bagi Abah Landoeng, pemilik mobil yang rela mobil miliknya dipinjam menaruh kepercayaan penuh padanya.
Baca Juga:
Program Makan Bergizi, Refleksi Patriotisme Prabowo dan Posisi IMO-Indonesia
Konser Musik Kebangsaan Pesona Tanah Dewata ‘Musik Adalah Bahasa Universal’
Para pemilik mobil memang mengenal Abah Landoeng sebagai seorang guru.
Mobil-mobil pun digunakan untuk para delegasi peserta KAA tanpa perlu disewa.
Ia mengumpulkan 14 mobil dikarenakan waktu terbatas.
Namun, 14 mobil akhirnya dikumpulkan bersama ratusan mobil lainnya untuk digunakan selama KAA 1955 berlangsung.
Baca Juga:
Penangkapan Bandar Judi Togel di Medan Berikut Barang Bukti Buku Tafsir Mimpi
Presiden Prabowo Subianto Sumbang Lahan Pribadi Seluas 20 Ribu Hektar untuk Konservasi Gajah di Aceh
Cek Potensi Bahan Makan Bergizi Gratis, Prabowo Subianto Kunjungi Tambak Ikan Nila Salin di Karawang
Abah Landoeng pun pernah dititahkan oleh Presiden Sukarno sebagai Pawang Hujan.
Usai KAA, Abah pun kembali menjadi seorang guru dan pada tahun 1963 beliau diberangkatkan atas permintaan Sukarno ke Malaysia.
Missinya ke Malaysia untuk memberantas buta huruf yang ada di negeri Jiran tersebut.
Pria yang kini telah memasuki usia senja ini juga pernah menjadi bagian penting dalam pembuatan lagu Oemar Bakrie Iwan Fals amat populer, terutama pada generasi 90-an.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Berjuang untuk Pendidikan
Landoeng atau disapa Abah Landoeng lahir di Bandung pada 11 Juli 1926.
Beliau menempuh pendidikannya di Algemeen Metddelbare School (AMS) dikarenakan ayahnya merupakan seorang mandor yang turut dalam pembangunan Gedung Sate.
Landoeng pada saat muda biasa bekerja sebagai pengambil bola di lapangan golf dan tenis.
Dari pekerjaannya, ia mengumpulkan sen demi sen untuk membeli beras dan sembako.
Setelah lulus dari AMS, sekitar tahun 1942, Landoeng muda berkeliling Kota Bandung dengan sepeda kumbangnya.
Ia akan bertanya kepada tukang panggul atau petani yang ditemuinya, apakah mereka bisa membaca.
Jika belum, Landoeng akan berhenti dan mengajar mereka membaca dengan papan tulis kecil dan kapur yang ia letakkan di sepeda kumbangnya.
Landoeng juga mengajari para saudagar kaya di Pasar Baru yang juga buta huruf. Dari para saudagar kaya inilah, Landoeng biasanya mendapatkan makanan dan minuman.
Ia memperjuangkan pendidikan dengan cara mengajar lewat membaca bagi orang-orang yang buta huruf.
Pada saat berjuangnya itu ketika sedang bersepeda dan bertemu dengan para Petani dan ditanyakan apakah bisa membaca.
Mereka pun tidak bisa dengan pengakuan mereka sendiri sehingga ia berhenti bersepeda dan secara tidak langsung diajarkan membaca.
Pada saat kemerdekaan, belaiu diangkat menjadi guru di SMPN 4 Bandung
Namun, walaupun statusnya Guru pun beliau ikut andil dalam perang melawan penjajahan Belanda dan Jepang.
Setelah perang kemerdekaan, tahun 1950 beliau diberangkatkan ke Malaysia untuk mengatasi masalah buta huruf.
( Tatang Tarmedi / Bandung.go.id ) ***