HARIANSUMEDANG.COM – Bagi komunitas pendidikan di Kabupaten Sumedang, Dede Yasin Jamah Sari dikenal sebagai Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kabupaten Sumedang.
Namun, sebagian mungkin belum tahu, bila Kepala SD Negeri Cidomas Cibugel ini, masih tercatat sebagai Ketua Forum K3S Jawa Barat dari semenjak pengukuhannya tahun 2014.
Ditemui di ruang kerjanya, SD Negeri Cidomas (Kamis, 25-04-2024) Dede Yasin mengiyakan tentang hal itu, bahkan ia menceritakan awal dirinya dikukuhkan sebagai Ketua Forum K3S Jabar.
Tahun 2014, Forum K3S Jawa Barat mulai dibentuk atas dasar pengukuhan para utusan K3S dari 27 kabupaten / kota se Jawa Barat. ” Perwakilan Karawang, Cimahi, Sukabumi, Bandung Barat dan Cirebon, kala itu tidak hadir, ” katanya.
Baca Juga:
SMP Negeri 2 Conggeang Menggelar Ramadhan Berbagi Diantaranya Beri Makanan Takjil Kepada Masyarakat
Ujang Mujahidin SH Perangkat Desa Ciptasari Kecamatan Pamulihan Ingin Mencari Ridho Alloh
Delegasi Sumedang diwakili Ketua K3S Anwar Sanusi bersama Sekretaris Casman Guntoro dan Dede Yasin selaku Wakil Ketua.
” Pada waktu itu, saya secara aklamasi terpilih jadi Ketua Forum K3S Jawa Barat hingga kini masih belum ada pengukuhan kembali, ‘ ujarnya.
Forum K3S Jawa Barat dari sejak pembentukannya, kata Dede Yasin, selalu gelar pertemuan setiap setahun sekali, ” Untuk menjalin lebih erat, sharing antar kabupaten / kota, ” ujarnya.
Pertemuan rutinan Forum K3S , kata Dede, terutama untuk sharing di seputar upaya peningkatan kualitas dan kompetensi kepala sekolah.
Baca Juga:
Rehab Ruang Kelas Mangkrak Siswa SD Negeri Padasuka Kecamatan Sukasari Belajar di Lantai
Bersama PT. Berkat Rejeki Pangan Kelompok Tani Maju Desa Kudangwangi Gelar Panen Raya Padi
Pemdes Margajaya Kecamatan Tanjungsari Hotmix Jln Bojong Pangkalan dan Jln Dusun Pasir
Karena ruang lingkup wilayah cukup luas, dalam menjalankan roda forum ia gunakan sistem pendelegasian wewenang, kecuali sifatnya darurat, ia sendiri terjun langsung ke lapangan.
Rekam jejak Dede Yasin iti sendiri, ia menjabarkan 2 tahun pasca kelulusannya dari SPG, ia diangkat jadi guru di SD Cijaha Cibugel. Berjalan dari tahun 1986 hingga 1991.
Pindah tugas ke SD Negeri Sukamanah Cieunteung Darmaraja. Tahun 1992 meneruskan pendidikan S-1 di Unsap. Selesai pendidikan, tahun 1997 pindah tugas lagi ke SD Negeri Cibugel.
Sifat pemberani dan keikhlasannya yang tertanam kokoh pada jiwa remajanya. Terbawa pula ketika ia telah menjadi guru.
Baca Juga:
ASN di Lingkungan Pemkab Sumedang Mengikuti Pesantren Ramadhan di Masjid Al Kamil PPS
SD Negeri Sirnamanah Tiap Hari Gelar Pembelajaran Keagamaan Bulan Ramadhan
Pembangunan Ruang Kelas SD Negeri Sukasari Mangkrak Siswa Belajar Terlantar
Ia aelalu ikhlas untuk mengajar anak-anak. Kepada pimpinan Ia tidak pernah neko-neko untuk memohon penempatan tugas. Meski ditugaskan di sekolah jauh sekalipun, ia jalani dengan ikhlas.
Ketika pindah lagi ke Cibugel, seorang Dede Yasin telah terlihat sebagai guru yang mencerminkan PDLT ( prestatif, loyalitas, Dedikasi dan Tak Tercela )Termasuk, aktif dalam setiap kegiatan KKG. Bahkan, pernah diangkat jadi Ketua Forum KKG.
Tampaknya, atas dasar itulah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang mencium hal positif pada seorang guru bernama Dede Yasin.
Setelah menjalani masa kerja selama 25 tahun sebagai guru, pada tahun 2010, ia dipromosikan menjadi Kepala Sekolah.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Sebagai Ketua K3S, Dede Yasin berharap setiap kepala sekolah bisa senantiasa cerminkan sikap PDLT,
” Selaku Ketua K3S, akan berusaha meningkatkan kompetensi kepala sekolah. Mengajar itu gampang. Tapi, yang susah itu mendidik,” demikian ungkapan Dede Yasin.
Dede Yasin punya keyakinan, yang harus dikembangkan oleh pendidik itu, bukan hanya Intillegence Quotient (IQ), tapi pula Emotional Quittient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ).
IQ, urai Dede Yasin, mencakup sejumlah kemampuan. Seperti, menalar, memecah masalah dan berpikir abstrak.
Sedangkan EQ, kemampuan seseorang untuk menerima dan mengontrol emosi diri, orang lain dan lingkungan sekitar.
Sedangkan SQ, adalah kecerdasan jiwa untuk menerapkan hal-hal positif. ( Tatang Tarmedi )