HARIANSUMEDANG.COM – Wilayah Gunung Geulis masuk tiga kecamatan, yakni Tanjungsari, Jatinangor dan Kecamatan Cimanggung.
Gunung Geulis wilayah Jatinangor, meliputi Desa Jatiroke, Hegarmanah, Jatimukti, dan Desa Cisempur.
Gunung Geulis wilayah Cimanggung, meliputi Desa Mangunarga, Sawahdadap, Sukadana, Cihanjuang dan Desa Cikahuripan.
Sedangkan Gunung Geulis wilayah Tanjungsari meliputi Desa Cinanjung , Desa Persiapan Pananjung dan Desa Raharja.
BACA JUGA:
Ketua Bawaslu Rahmat Bagja Tanggapi Kritik Film Dokumenter ‘Dirty Vote’ buatan Dandhy Dwi Laksono
Gunung Geulis itu terdiri dari dua gunung, yakni Gunung Geulisnya itu sendiri dan sebelahnya Gunung Bukit Barisan.
Disebut Gunung Geulis, karena dari dulu gunung itu dari jauh terlihat geulis (cantik) karena tanaman keras tidak pernah tumbuh secara masif.
Dari tahun 1970-an, upaya pemerintah untuk menghijaukan Gunung Geulis selalu mengalami kegagalan.
Bahkan, jaman Gubernur Jawa Barat Aang Kunaepi, ada program bernama Rakgantang atau Gerakan Gandrung Tatangkalan.
Tapi, upaya-upaya untuk menghijaukan Gunung Geulis selalu mengalami kegagalan, termasuk oleh Perhutani.
Mengapa upaya reboisasi di Gunung Geulis selalu tidak berhasil ?
Menurut segelintir kepercayaan tokoh masyarakat tua di Cikahuripan, kegagalan terus menerus dalam menghijaukan Gunung Geulis, karena belum direstui oleh para leluhur di sana.
Ada pantangan yang semestinya dipatuhi untuk tidak dilaksanakan, tapi masyarakat sekitar seolah kurang memercayainya.
Satu diantaranya, kata sesepuh, di sekitar Gunung Geulis pantang menyebut kata “Tandur” untuk istilah menanam padi di sawah.
Sebagai pengganti kata “tandur” harus diganti dengan kata “melakan”, tapi masyarakat telah terbiasa menyebut Tandur untuk kegiatan menanam padi.
Konon, di sekitar Gunung Geulis, jaman dahulu, ada tokoh bernama Tandur Jajar, tokoh ini paling disegani di sekitar itu.
Eyang Tandur selama hidupnya memelihara ternak, termasuk kuda, akhir hidupnya ia dimakamkan di Puncak Gunung Geulis.
Hingga sekarang, makam Eyang Tandur suka dikunjungi banyak orang, terutama bagi mereka yang ingin berhasil dalam bertani dan berladang.
Boleh percaya boleh tidak.
Terlepas dari pantangan-pantangan tadi, upaya penghijauan Gunung Geulis terus berjalan, diantaranya dilakukan oleh Forum Peduli Gunung Geulis.
LAINNYA:
SD Negeri Cibeusi Jatinangor Tantangan Karir Terakhir Hj. Tati Tarmilah Sebelum Dirinya Pensiun
Pemkab Sumedang Usulkan Tiga Desa Baru Sebagai Desa Persiapan ke Gubernur Jawa Barat
Forum yang sedang dijalankan oleh Saepudin, mantan Kades Jatiroke dan mantan anggota DPRD Kabupaten Sumedang ini, berfokus pada konservasi lahan kritis.
Bekerjasama dengan perguruan tinggi yang ada di Jatinangor, Saepudin dengan forumnya tadi mencoba mempelopori penanaman kopi, hingga terlahir Kopi Gugeul (Kopi Gunung Geulis).
Baru-baru ini, Saepudin menerima program dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupa Kebun Bibit Rakyat.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Kebun Bibit Rakyat ala Saepudin diantaranya membibitkan jenis pohon kekayuan dan buah-buahan ditanam di sekitar Gunung Geulis. (TatangTarmedi)***