HARIANSUMEDANG.COM – Banyak tradisi masyarakat Jawa Barat pada bulan ramadhan yang kini tinggal nama saja, salah satunya Tradisi Damar Sewu.
Tradisi Damar Sewu, masih bisa ditemukan sekitar tahun 1950-an di desa-desa tertentu, akhirnya terkubur hingga kini.
Tradisi ini, bermula dari kepercayaan malam lailatul qodar sebagai malam seribu bulan yang akan muncul dari mulai hari ke 21 bulan ramadhan.
Banyak cara masyarakat untuk menterjemahkan filosofis tadi, diantaranya dengan memasang Damar Sewu di depan rumah.
Baca Juga:
Rehab Ruang Kelas Mangkrak Siswa SD Negeri Padasuka Kecamatan Sukasari Belajar di Lantai
Bersama PT. Berkat Rejeki Pangan Kelompok Tani Maju Desa Kudangwangi Gelar Panen Raya Padi
Pemasangan Damar Sewu itu sendiri dimulai dari tanggal 21 ramadhan (tanggal lilikuran, Sunda) hingga akhir ramadhan.
Harapan mereka, dengan cara itu, bisa lebih mendalami perasaan dan harapan akan ditangkapnya satu hari pengampunan yang didambakan segenap warga muslim.
Damar Sewu dibuat dari bambu ukuran hingga satu meter, setiap ruas dibuat bolongan kecil sebagai tempat sumbu dari kain bekas.
Bila bambu itu terdiri dari lima ruas, berarti ada lima sumbu, ketika ruas itu diisi minyak tanah, dengan sendirinya, ia akan berpungsi sebagai obor.
Baca Juga:
Pemdes Margajaya Kecamatan Tanjungsari Hotmix Jln Bojong Pangkalan dan Jln Dusun Pasir
ASN di Lingkungan Pemkab Sumedang Mengikuti Pesantren Ramadhan di Masjid Al Kamil PPS
SD Negeri Sirnamanah Tiap Hari Gelar Pembelajaran Keagamaan Bulan Ramadhan
Damar Sewu biasanya dipajang di depan rumah tiap malam, menjelang takbiran baru dipadamkan.
Tradisi Damar Sewu, satu dari sekian banyak tradisi yang telah terkubur, tradisi lainnya mungkin saja masih antri di depan kuburan. (Tatang Tarmedi) ***