HARIAN SUMEDANG.COM — Dalam beberapa minggu terakhir, pemilihan Presiden di Amerika berubah dari aneh menjadi gila.
Calon Demokrat, Presiden AS petahana Joe Biden, mengundurkan diri dari pencalonan, belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Pemilu di AS.
Penampilan Biden tidak menentu selama debat yang disiarkan televisi dengan mantan Presiden Donald Trump dan pada konferensi pers KTT NATO.
Melihat pada moment itu, membuat banyak Demokrat percaya bahwa ia tidak lagi layak untuk mencalonkan sebagai presiden.
Baca Juga:
Lagi – Lagi Ditemukan Wanita Tertua di Dunia Konon Usianya Telah 120 Tahun Kondisinya Masih Bugar
Sebuah Granat Bekas Perang Dunia I Buatan Jerman Masuk ke Mesin Pengupas Kentang di Hongkong
Para donor, pemimpin partai, dan influencer politik menyerukan agar ia menyerah.
Pada awalnya iden menolak, tetapi akhirnya, setelah ditekan Ketua DPR Nancy Pelosi dan mantan Presiden Barack Obama, akhirnya ia undur diri.
Wakil Presiden Kamala Harris telah menggantikan Biden sebagai calon presiden dari Partai Demokrat.
Ia dengan cepat mengumpulkan dukungan luas dari para donor dan pemimpin partai.
Baca Juga:
” Hoary Potter” Kelelawar Tercantik Dalam Ajang Kontes Memperingati Pekan Kelelawar Internasional
Bekas Istana Sang Otokrat Bangladesh Sheikh Hasina Akan Dijadikan Museum Pemberontakan
Di kubu Republik, Trump selamat dari maut setelah peluru pembunuh meleset dari tengkoraknya.
Sebuah foto Trump seharga satu juta dolar, berdarah dari telinga kanannya, mengepalkan tinjunya membangkitkan semangat kaum Republik.
Popularitas Trump meningkat lebih jauh setelah Konvensi Nasional Partai Republik, yang mendapat dukungan dari basis intinya.
Sementara itu, pengusaha Lembah Silikon seperti Elon Musk dan Winklevoss bersaudara menjanjikan dukungan finansial yang signifikan.
Baca Juga:
Labu Raksasa Seberat 1 Ton Lebih Dinyatakan Pemenang Pertama di Kejuaraan Dunia
Atas Usahanya Mencapai Dunia Bebas Senjata Nuklir Nihon Hidankyo Raih Hadiah Nobel Perdamaian 2024
Setelah Kematian Suaminya Seorang Janda di Florida Dinyatakan Hamil Buah Dari Suaminya
Trump telah memilih Senator JD Vance sebagai calon wakil presiden memperkuat daya tariknya di kalangan pemilih kelas pekerja.
Vance, yang istrinya memiliki akar bahasa Telugu, mungkin juga akan menarik dukungan dari sebagian diaspora India.
Ini akan menjadi lebih penting sekarang karena kandidat Demokrat tersebut adalah seorang India-Amerika
Harris tampil baik dalam jajak pendapat, tetapi popularitas bukanlah segalanya. Di AS, kandidat yang memenangkan suara terbanyak justru tidak menang.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Melainkan kandidat yang memenangkan elektor terbanyak, yang ditentukan oleh negara bagian demi negara bagian
Ini berarti bahwa suara di negara bagian yang didominasi Partai Republik dan Demokrat tidak banyak memengaruhi hasil.
Sebaliknya, beberapa negara bagian kunci seperti Pennsylvania, Ohio, Michigan, dan mungkin Arizona atau Nevada akan menjadi penentu.
Tampil baik dalam jajak pendapat nasional tidak serta merta berarti tampil baik di wilayah heterogen yang tersebar di seluruh negeri.
Keberhasilan kandidat bergantung pada daya tarik pemilih di negara bagian ini, dengan fokus pada isu-isu seperti ekonomi, imigrasi, dan masalah sosial.
Para pemilih mengidentifikasi masalah ekonomi, khususnya inflasi dan biaya hidup, sebagai isu utama yang memengaruhi keputusan mereka.
Di semua partai, para pakar memperkirakan imigrasi akan memainkan peran penting.
Sementara isu sosial seperti aborsi dan energi hijau menjadi perhatian bagi segmen pemilih tertentu, isu ekonomi kemungkinan akan menjadi fokus utama pemilu.
Selain kebijakan, politik kepribadian dan identitas juga akan berdampak pada pemilu.
Kepribadian Trump yang bombastis, kontroversial, dan unik serta daya tarik Harris yang multikultural sebagai orang India dan Amerika kulit hitam dapat memengaruhi persepsi pemilih.
Posisi kandidat pada isu-isu seperti Israel dan India juga dapat memengaruhi dukungan mereka di antara komunitas diaspora tertentu.
Meskipun Trump saat ini unggul tipis dalam jajak pendapat, perubahan terkini dalam lanskap Demokrat membuat hasilnya sulit diprediksi.
Harris menghadapi tantangan terkait rekam jejak dan kelemahan yang dirasakannya.
Namun, ia telah menunjukkan kemampuan untuk mengamankan pendanaan dan menyatukan basis Demokrat.
Kemampuan para kandidat mengatasi isu-isu utama dan memobilisasi pemilih akan menentukan hasil dari pemilihan yang mungkin akan berlangsung ketat.
( Time/ Tang ) ***