Fenomena Aurora Muncul Beberapa Waktu Lalu Badai Matahari Itu Ancaman Bagi Operasional Satelit

- Pewarta

Minggu, 19 Mei 2024 - 14:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Fenomena Badai Matahari Aurora terpantau para peneliti BRIN ( brin.go.id )

Fenomena Badai Matahari Aurora terpantau para peneliti BRIN ( brin.go.id )

HARIANSUMEDANG.COM — Baru-baru ini di beberapa belahan Bumi, terlihat  fenomena Aurora. Salah satunya terlihat di daerah Southampton, Inggris pada Sabtu (11/5) dini hari

Yuks, dukung promosi kota/kabupaten Anda di media online ini dengan bikin konten artikel dan cerita seputar sejarah, asal-usul kota, tempat wisata, kuliner tradisional, dan hal menarik lainnya. Kirim lewat WA Center: 087815557788.

Aurora merupakan fenomena alam yang menghasilkan pancaran cahaya  menyala-nyala dan menari-nari di langit malam pada lapisan ionosfer.

Hal ini disebabkan adanya interaksi antara partikel di atmosfer Bumi dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh Matahari. Partikel surya tersebut menembus masuk setelah dibelokkan oleh medan magmet

Menurut Dr. Rhorom Priyatikanto, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Antariksa ORPA-BRIN, ketampakan ini berkaitan dengan badai geomagnet ekstrim yang dipicu oleh rentetan Lontaran Massa Korona yang terjadi beberapa hari sebelumnya.

Setidaknya ada 4 lontaran korona dari Matahari yang mengarah ke Bumi, terjadi tanggal 8-9 Mei dan berkaitan dengan daerah aktif super besar dengan nomor AR 3664.

CME merupakan letupan besar di atmosfer Matahari yang turut menghempaskan milyaran ton materi ke antariksa. CME kuat biasa terjadi bersamaan dengan kilatan (flare) Matahari.

Rhorom menuturkan butuh waktu sekitar 2 hari bagi awan partikel yang terlontar tadi untuk akhirnya menghantam Bumi pada tanggal 10-12 Mei.

Badai ekstrim ini dibilang sebagai badai terkuat setelah Halloween storm yang terjadi tahun 2003 silam.

Di Pusat Riset Antariksa BRIN, beberapa Peneliti melakukan kegiatan pemantauan cuaca antariksa. Hal ini dilakukan untuk memprediksi keadaan cuaca antariksa di keesokan harinya.

Bagaimana aktivitas matahari, aktivitas geomagnet dan ionosfer diamati dan diteliti apakah ada peningkatan aktivitas hingga menghasilkan ganguan atau tenang. Seperti yang dijelaskan bahwa Aurora merupakan dampak yang terjadi akibat adanya badai matahari yang kuat.

Melalui informasi yang dikeluarkan oleh layanan BRIN yaitu Space Weather Information and Forecast Services (SWIFtS) di https://swifts.brin.go.id/, berdasarkan hasil riset Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, didapatkan bahwa aktivitas badai matahari di waktu tersebut memang sedang sangat tinggi.

Sejak 8 Mei 2024 telah diprediksi kemungkinan adanya kilatan (flare) kuat selama 4 hari berturut-turut yang berasal dari daerah aktif super besar yang kemudian menghasilkan lontaran massa korona dan gangguan di ionosfer yang berpotensi mengganggu sistem komunikasi radio frekuensi tinggi (HF).

Gangguan di ionosfer ini kemudian terkonfirmasi dari data pengamatan ionosfer dari Stasiun Observasi Atmosfer dan Antariksa Pontianak, pada tanggal 12 dan 13 Mei  2024 menunjukan adanya badai ionosfer yang diinformasikan di SWIFtS.

“Masih ada kemungkinan badai ekstrim seperti ini berulang lagi pada siklus Matahari 25 yang puncak aktivitasnya belum terlewati,” ungkap Rhorom.

Di Bumi, aurora terjadi di daerah di sekitar Kutub Utara dan Kutub Selatan.  Aurora yang ada di langit bagian Kutub Selatan disebut Aurora Australis, sedangkan aurora yang ada di langit bagian Kutub Utara disebut Aurora Borealis.

Aurora yang terlihat di Southampton pada Sabtu (11/5) merupakan aurora borealis yang juga dapat dilihat di Eropa tengah-utara hingga Amerika utara. Pada saat yang sama, aurora australis juga muncul dengan intensitas yang lebih rendah.

Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

Aurora tak muncul di langit Indonesia dikarenakan medan magnet Bumi yang berbentuk menyerupai apel, yakni tebal di daerah ekuator.

Maka dari itu, menimbang posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa, amat sulit bagi partikel surya untuk menembus masuk ke atmosfer dan memunculkan aurora di atas Indonesia.Kemunculan aurora di daerah sekitar 50 derajat lintang utara tidak sering terjadi.

Badai geomagnet ekstrim pasti ada di baliknya. Meski tampak indah, kemunculan aurora juga berarti ancaman bagi operasional satelit maupun jaringan transmisi listrik di lintang tinggi. Hal ini perlu diwaspadai dan diantisipasi dengan seksama,” pungkasnya.

(Tatang Tarmedi / brin.go.id) ***

Berita Terkait

Lagi – Lagi Ditemukan Wanita Tertua di Dunia Konon Usianya Telah 120 Tahun Kondisinya Masih Bugar
Sebuah Granat Bekas Perang Dunia I Buatan Jerman Masuk ke Mesin Pengupas Kentang di Hongkong
Ular piton 13 Kaki Disita Pihak Berwenang  di New York dari Seorang  yang Memeliharanya Dalam Tangki Kecil
” Hoary Potter” Kelelawar Tercantik Dalam Ajang Kontes Memperingati Pekan Kelelawar Internasional
Bekas Istana Sang Otokrat Bangladesh Sheikh Hasina Akan Dijadikan Museum Pemberontakan
Virus Lidah Biru Serang Domba – Domba di Eropa Gejalanya air liur berlebihan, Bengkak bibir, lidah, dan rahang,
Labu Raksasa Seberat 1 Ton Lebih Dinyatakan Pemenang Pertama di Kejuaraan Dunia
Atas Usahanya Mencapai Dunia  Bebas Senjata Nuklir Nihon Hidankyo Raih Hadiah Nobel Perdamaian 2024
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Jumat, 17 Januari 2025 - 23:28 WIB

Lagi – Lagi Ditemukan Wanita Tertua di Dunia Konon Usianya Telah 120 Tahun Kondisinya Masih Bugar

Sabtu, 7 Desember 2024 - 10:39 WIB

Sebuah Granat Bekas Perang Dunia I Buatan Jerman Masuk ke Mesin Pengupas Kentang di Hongkong

Sabtu, 23 November 2024 - 17:19 WIB

Ular piton 13 Kaki Disita Pihak Berwenang  di New York dari Seorang  yang Memeliharanya Dalam Tangki Kecil

Minggu, 3 November 2024 - 05:53 WIB

” Hoary Potter” Kelelawar Tercantik Dalam Ajang Kontes Memperingati Pekan Kelelawar Internasional

Kamis, 31 Oktober 2024 - 16:00 WIB

Bekas Istana Sang Otokrat Bangladesh Sheikh Hasina Akan Dijadikan Museum Pemberontakan

Rabu, 30 Oktober 2024 - 18:58 WIB

Virus Lidah Biru Serang Domba – Domba di Eropa Gejalanya air liur berlebihan, Bengkak bibir, lidah, dan rahang,

Minggu, 20 Oktober 2024 - 12:50 WIB

Labu Raksasa Seberat 1 Ton Lebih Dinyatakan Pemenang Pertama di Kejuaraan Dunia

Minggu, 13 Oktober 2024 - 06:07 WIB

Atas Usahanya Mencapai Dunia  Bebas Senjata Nuklir Nihon Hidankyo Raih Hadiah Nobel Perdamaian 2024

Berita Terbaru