Pengakuan Seorang Pejabat Politik di Negeri Antah Berantah Dukungan Rakyat-Rakyat Bodoh

- Pewarta

Selasa, 12 November 2024 - 18:01 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sepertinya aku salah seorang yang kedagingan dari politik. Hartaku melimpah ruah hasil dari jadi pejabat politik.

Yuks, dukung promosi kota/kabupaten Anda di media online ini dengan bikin konten artikel dan cerita seputar sejarah, asal-usul kota, tempat wisata, kuliner tradisional, dan hal menarik lainnya. Kirim lewat WA Center: 087815557788.

Terus terang, jadi pejabat politik, bagiku sebuah pekerjaan. Rasanya aku sulit mencari pekerjaan lain, bila tak jadi pejabat politik.

Modal besar untuk jadi pejabat politik, menurutku hanyalah berkata manis. Memberikan janji- janji yang meskipun akhirnya sedikit bukti.

Contohnya saat aku menjadi Bupati di Negeri Antah Berantah, Enam tahun aku duduk di kursi Bupati, harta kekayaanku meruah beberapa puluh kali lipat.

Padahal, modal dasarku, hanyalah rakyat yang bodoh. Aku pelihara ribuan rakyat bodoh. Mereka bisa hanya cukup diberi sekali dengan nilai kecil saja.

Mereka cukup diberi sarung dan kerudung atau uang dua puluh ringgit. Mereka orang-orang kecil yang kehidupannya selalu terancam dengan lapar.

Naluri politikku selalu bisa memilah mana rakyat bodoh, rakyat bunglon dan rakyat pintar. Ciri rakyat bodoh, diberi sekali tapi mereka jadi pemilih yang setia.

Beda dengan rakyat bunglon, mereka hanya memilih kepada yang pemberiannya terbanyak. Semua pemberian mereka terima, namun pilihannya tetap kepada calon dengan pemberian terbanyak.

Berbeda dengan rakyat pintar, mereka tahu rekam jejak Sang Calon, sehingga mereka bisa memprediksi akan seperti apa kepemimpinan Si Calon nanti. Makanya jumlah rakyat begini, sangat sedikit jumlahnya.

Aku hanya memelihara rakyat bodoh saja, jelang pencalonan pintu rumahku hanya terbuka untuk rakyat bodoh saja. Percuma aku lirik rakyat bunglon dan rakyat pintar.

Rakyat Bunglon jelas hanya menguras modalku saja, mubazir. Rakyat Pintar yakin tidak akan memilihku, karena aku bukan type pemimpin pulihan mereka.

Karena Rakyat Bodoh di Negeri Antah Berantah jumlahnya lebih banyak, akhirnya aku terpilih jadi Bupati. Setelah dilantik aku nyaris lupa dengan rakyat bodoh yang menjadi pendukungku.

Ketika di media sosial aku membaca ada seseorang yang terkena musibah, aku tahu korban itu rakyat bodoh pendukungku. Tapi, tidak pernah aku meluangkan waktu untuk menengoknya.

Pernah ada kabar dari ajudanku, keluarga korban mendatangi ke kantor kebupatian, mungkin untuk mencari bantuan, oleh ajudanku pihak korban itu disarankan untuk mengajukan ke baznas.

Begitulah, selama enam tahun aku menjabat Bupati di Negeri Antah Berantah, aku lupakan rakyat bodoh yang jadi pendukungku. Ketika jabatanku tersisa enam bulan lagi, pintu rumahku terbuka lagi bagi mereka.

Cara-cara pada periode pertama aku jalankan lagi, aku kumpulkan rakyat-rakyat bodoh yang pernah mendukungku pada periode pertama. Kuberi lagi mereka kerudung atau sarung atau duit duapuluh ringgit.

Malah, aku melihat korban yang viral di media sosial beberapa tahun lalu itu. Aku pura-pura tidak tahu, ia yang kondisinya telah cacat kuberi dia sarung dan kerudung serta uang duapuluh ringgit.

Aku kembali terpilih jadi Bupati di Negeri Antah Beranrah untuk kedua kalinya. Kekayaanku kian meruah. Tapi, tidak terpikirkan untuk menyapa mereka rakyat bodoh yang mendukungku.

Empat tahun kemudian, disaat usia jabatan keduaku tinggal dua tahun lagi, disaat aku duduk santai di ruang kerja bupati, ajudanku datang menghampiriku.

” Pak, di depan gerbang kantor kebupatian, ribuan orang berunjukrasa ingin bertemu bapak, ” katanya. Segera aku beranjak ke lantai dua ruangan kerjaku, disana jelas pandangan ke arah gerbang kantor kebupatian.

Terlihat jelas ribuan orang berdesakan dengan membawa spanduk dan berorasi di depan ratusan polisi yang berjejer menghalangi mereka masuk ke kantor kebupatian.

Aku kenal wajah-wajah mereka, ternyata rakyat-rakyat bodoh yang mendukungku selama ini. Mereka membawa puluhan spanduk, Diantaranya bertuliskan, ” Kami Telah Tertipu Dengan Akan Bulusmu,” tulisnya.

Spanduk lainnya bertuliskan, ” Ternyata, pimpinan yang kami dukung selama ini, seorang koruptor, ” Aku turun ke ruangan kerjaku lagi. Hatiku berkata, ternyata rakyat bodoh di Negeri Antah Berantah itu, telah berubah menjadi pintar.

( Tamat )

Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

Berita Terkait

Keindahan dan Sejarah Tahura Gunung Kunci di Sumedang: Destinasi Wisata yang Wajib Dikunjungi
Kasek Yadi Supriadi Memadu Jabatan Berlabuh di Dua Sekolah : SMPN 2 Cibugel dan SMPN 2 Jatinangor
3 Rumah Rusak Berat, 21 Rusak Sedang, dan 34 Rusak Ringan, Bangunan Rusak Akibat Gempa Garut Bertambah
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Minggu, 1 Desember 2024 - 22:58 WIB

Keindahan dan Sejarah Tahura Gunung Kunci di Sumedang: Destinasi Wisata yang Wajib Dikunjungi

Selasa, 12 November 2024 - 18:01 WIB

Pengakuan Seorang Pejabat Politik di Negeri Antah Berantah Dukungan Rakyat-Rakyat Bodoh

Minggu, 27 Oktober 2024 - 07:28 WIB

Kasek Yadi Supriadi Memadu Jabatan Berlabuh di Dua Sekolah : SMPN 2 Cibugel dan SMPN 2 Jatinangor

Minggu, 28 April 2024 - 10:15 WIB

3 Rumah Rusak Berat, 21 Rusak Sedang, dan 34 Rusak Ringan, Bangunan Rusak Akibat Gempa Garut Bertambah

Berita Terbaru