HARIANSUMEDANG.COM – Jalan Cadaspangeran telah lama dipromosikan sebagai tempat wisata alam dan sejarah. Namun, beragam upaya dilakukan, masih saja kawasan itu belum tumbuh menjadi industri pariwisata.
Beragam upaya terus digenjot dari mulai pembuatan patung Pangeran Kusumahdinata berjabatan tangan dengan Gubernur Jenderal Daenles yang merupakan inti dari sejarah Cadaspangeran.
Terakhir, membuat jalan setapak menyusuri tebing, mungkin dengan maksud untuk memancing minat orang untuk jalan-jalan sekalian bercengkrama dengan keindahan lembah.
Upaya-upaya tersebut, masih belum membuahkan hasil, patung dibuat, hanya mengingatkan pelewat jalan bahwa di sana pernah terjadi adegan herois dari seorang pemimpin Sumedang tempo dulu.
Baca Juga:
Longsor di Dusun Talingkup Desa Sukasari Berpotensi Mengganggu Ketahanan Pangan
Camat Surian Mamat Hady Saputra Berharap Jalan Surian Bisa Tuntas Diperbaiki Tahun Ini
Dani Ismail Terpilih Kembali Menjadi Ketua RW 05 Dusun Pamagersari Desa Tanjungsari
Mereka tidak tertarik untuk berhenti dan singgah sebentar menikmati keindahan alam Cadaspangeran. Begitu pun saat dibuat jalan menyusuri tebing.
Orang tidak tertarik untuk menggunakan jalan itu menikmati keindahan lembah Cadaspangeran dengan habitat alamnya yang masih asli.
Persoalannya, kenapa Cadaspangeran yang menurut salah seorang pelaku pariwisata Bali memiliki potensi besar untuk dikembangkan, nyatanya masih ibarat raksasa yang tertidur pulas ?
Setidaknya ada dua potensi besar yang bisa mendukung Cadaspangeran menjadi tempat kunjungan wisata, potensi sejarah dan potensi alam.
Baca Juga:
SD Negeri Cibuluh Juara Umum Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tingkat Kecamatan Ujungjaya
Pemdes Pasigaran Bangun Aksesibilitas, Rabat Beton Jalan di Dusun Tonjong
Sumedang Akan Kembali Gelar West Java Paragliding Championship 14 Negara Siap Ikut Serta
Namun, sayang dua potensi itu tidak berbarengan dengan pengelolaan secara khusus, dalam arti belum memiliki penggerak / penanggung jawab terhadap maju mundurnya kawasan wisata.
Belum adanya penggerak khusus, bisa dibuktikan dengan kawasan bahu jalan Cadaspangeran yang lebih seringnya kelihatan berserakan daun-daun kering.
Berdasarkan pengamatan penulis, jarang terlihat pinggir sepanjang jalan Cadaspangeran bersih dari daun-daun kering ( lening, Sunda ), apalagi di waktu pagi.
Parahnya, ketika petugas membabat perdu di tebing atas jalan, bekas-bekas babadan tersebut tidak dirapikan sehingga kurang sedap dipandang.
Baca Juga:
Dua Poktan di Desa Cipeles Kecamatan Tomo Dapat Bantuan Irigasi Perpompaan Dari Kementan
Gedung Perpustakaan SMP Negeri Surian Hancur Rumah Dinas Kasek Jadi Perpustakaan Sementara
Desa Sakurjaya Mewakili Kabupaten Sumedang ke Tingkat Provinsi Dalam Bidang Tertib Administrasi
Padahal, akan terasa nyaman dan pikaberaheun seandai sepanjang jalan Cadaspangeran selamanya bersih atau lening, baik di bahu-bahu jalannya atau rapih di tebing-tebing jalannya.
Setiap keindahan tentu bakal memancing kecintaan, begitu pun ketika Cadaspangeran terlihat indah dan asri, niscaya bisa menjadi daya tarik bagi siapa pun untuk singgah dan merasakan kenyamanannya.
Dengan tanpa mengecilkan jasa petugas kebersihan di sana, mereka seolah masih kalah gerak dengan guguran daun-daun yang menghujan ke badan jalan. ( Catatan Tatang Tarmedi ) ***
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.