HARIANSUMEDANG.COM – Jalan Cadaspangeran telah lama dipromosikan sebagai tempat wisata alam dan sejarah. Namun, beragam upaya dilakukan, masih saja kawasan itu belum tumbuh menjadi industri pariwisata.
Beragam upaya terus digenjot dari mulai pembuatan patung Pangeran Kusumahdinata berjabatan tangan dengan Gubernur Jenderal Daenles yang merupakan inti dari sejarah Cadaspangeran.
Terakhir, membuat jalan setapak menyusuri tebing, mungkin dengan maksud untuk memancing minat orang untuk jalan-jalan sekalian bercengkrama dengan keindahan lembah.
Upaya-upaya tersebut, masih belum membuahkan hasil, patung dibuat, hanya mengingatkan pelewat jalan bahwa di sana pernah terjadi adegan herois dari seorang pemimpin Sumedang tempo dulu.
Baca Juga:
Pembiasaan Jum’at Pagi di SMP Negeri 1 Pamulihan Diisi Dengan Siraman Kerohanian
Solidaritas Insan Media & Penulis ( SIMPE ) Akan Luncurkan Media Online dan Cetak Simpe News
Kades Citepok Kecamatan Paseh dan Kades Mulyajaya Kecamatan Wado Bangga Adanya Hari Desa Nasional
Mereka tidak tertarik untuk berhenti dan singgah sebentar menikmati keindahan alam Cadaspangeran. Begitu pun saat dibuat jalan menyusuri tebing.
Orang tidak tertarik untuk menggunakan jalan itu menikmati keindahan lembah Cadaspangeran dengan habitat alamnya yang masih asli.
Persoalannya, kenapa Cadaspangeran yang menurut salah seorang pelaku pariwisata Bali memiliki potensi besar untuk dikembangkan, nyatanya masih ibarat raksasa yang tertidur pulas ?
Setidaknya ada dua potensi besar yang bisa mendukung Cadaspangeran menjadi tempat kunjungan wisata, potensi sejarah dan potensi alam.
Baca Juga:
BUMDes Malaka Harum Menggeliat Kembangkan Beragam Usaha Termasuk Budidaya Ternak Domba
Mendagri Tito Karnavian Mengimbau Pemerintah Daerah Segera Menjajagi BUMDes Fokus Sektor Pangan
Village Expo Bumbui Hari Desa Nasional Dibuka Dirjen Bina Pemdes Kemendagri La Ode Ahmad P Bolombo
Namun, sayang dua potensi itu tidak berbarengan dengan pengelolaan secara khusus, dalam arti belum memiliki penggerak / penanggung jawab terhadap maju mundurnya kawasan wisata.
Belum adanya penggerak khusus, bisa dibuktikan dengan kawasan bahu jalan Cadaspangeran yang lebih seringnya kelihatan berserakan daun-daun kering.
Berdasarkan pengamatan penulis, jarang terlihat pinggir sepanjang jalan Cadaspangeran bersih dari daun-daun kering ( lening, Sunda ), apalagi di waktu pagi.
Parahnya, ketika petugas membabat perdu di tebing atas jalan, bekas-bekas babadan tersebut tidak dirapikan sehingga kurang sedap dipandang.
Baca Juga:
Ubi Cilembu ” Si Madu ” dari ” Kota Beludru ” Manisnya Konon Kerena Ucapan Sang Prabu
Pj Bupati Yudia Ramli Lantik 89 PNS dalam Jabatan Fungsional dan Pengangkatan Kepala Sekolah
Harlah PDIP Ke-52 di Kecamatan Sukasari 52 Warga Terima Santunan dari PAC
Padahal, akan terasa nyaman dan pikaberaheun seandai sepanjang jalan Cadaspangeran selamanya bersih atau lening, baik di bahu-bahu jalannya atau rapih di tebing-tebing jalannya.
Setiap keindahan tentu bakal memancing kecintaan, begitu pun ketika Cadaspangeran terlihat indah dan asri, niscaya bisa menjadi daya tarik bagi siapa pun untuk singgah dan merasakan kenyamanannya.
Dengan tanpa mengecilkan jasa petugas kebersihan di sana, mereka seolah masih kalah gerak dengan guguran daun-daun yang menghujan ke badan jalan. ( Catatan Tatang Tarmedi ) ***
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.