HARIANSUMEDANG.COM — Pj Bupati Sumedang Yudia Ramli membuka Upacara Adat Ngalaksa di Desa Wisata, Rancakalong, Selasa (2/7/2024).
Ngalaksa rutin setiap tahun merupakan bentuk ungkapan syukur hasil panen melimpah ruah, serta doa agar masyarakat selalu dilindungi dan diberkahi.
Ngalaksa berlangsung meriah diisi berbagai pertunjukan seni budaya, diantaranya Pagelaran “Nyi Pohaci Ngaraksa Diri”, Seni Tarawangsa dan Pencak Silat.
Acara dirangkaikan pula dengan penyerahan Sertifikat dari Kemendikbud tentang Penetapan Ngalaksa dan Tarawangsa sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di Jawa Barat
Baca Juga:
Ketua APDESI Sumedang Terima Kunjungan Pengurus Solidaritas Insan Media dan Penulis ( SIMPe )
Kasek SD Negeri Citungku Rancakalong Adang S : ‘ Guru Tidak Bisa Diganti oleh Laptop atau Internet ‘
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan Surian Untuk Tahun 2025 Dihadiri Anggota DPRD
Sertifikat diberikan epada Camat Rancakalong dan pelaku seni dilanjutkan penyerahan voucher belanja untuk 5 KK miskin ekstrem di Rancakalong.
Pj. Bupati Sumedang Yudia Ramli mengatakan, upacara adat Ngalaksa Rancakalong merupakan salah satu kekayaan budaya yang telah menjadi milik masyarakat Sumedang.
Kata dia, ngalaksa aset tak ternilai dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan daerah, terlebih Sumedang telah Puseur Budaya Sunda”.
“Upaya dilakukan harus dengan tata cara yang sistematis. Dengan mengerti dan membanggakan budaya lokal bukan berarti bukan agul ku payung butut
Baca Juga:
” Yang Lain Libur, Kami Tempur” Ungkap Salah Seorang Pemain Tim Sepakbola SMP Negeri 2 Conggeang
Beberapa Kepala Desa Keberatan Dana Desa Dialokasikan 20 Persen untuk Penyertaan Modal BUMDes
SMK Negeri Buahdua Akan buka Stand Teaching Factory ( Tefa ) Pada Milad SMP Negeri 2 Conggeang
melainkan harus mampu mencari hikmah di balik kearifan karuhun untuk mengatasi berbagai tantangan yang sedang kita hadapi saat ini,” ungkapnya.
Pj. Bupati Yudia mengapresiasi kegiatan tersebut sebagai bentuk pelestarian budaya lokal yang harus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang.
“Momentum ini sebagai upaya untuk menjaga serta menumbuhkan kembali falsafah dan budaya luhur masyarakat Sunda demi kepentingan dan kelangsungan kehidupan bagi generasi mendatang,” katanya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Upacara Adat Ngalaksa Mumun Sutarsah mengatakan, Upacara Adat Ngalaksa merupakan bagian penting dari warisan budaya masyarakat Rancakalong.
Baca Juga:
Dibimbing Nenden Risda Wulandari SMP Negeri 2 Conggeang Rutin Setiap Akhir Pekan gelar Gelinus
Silsilah Kecamatan Darmaraja Berkaitan dengan Sejarah Kerajaan Tembong Agung di Leuwihideung
“Selain sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa dan pelestarian budaya, upacara ini juga menjadi momentum untuk mempererat tali persaudaraan di antara warga masyarakat,” katanya
Mumun menjelaskan, penyelenggaraan Ngalaksa ini dilaksanakan selama sepekan tanggal 2 – 7 Juli 2024 dengan diisi berbagai rangkaian acara.
Diharapkan melalui kegiatan tersebut, lanjutnya, kekayaan budaya lokal dapat terus dijaga, dilestarikan dan tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas masyarakat Rancakalong.
“Semoga semangat kebersamaan dan gotong royong yang terpancar dalam upacara Adat Ngalaksa ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menjaga keharmonisan dan keberagaman budaya,” katanya.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Upacara adat Ngalaksa di Desa dan Kecamatan Rancakalong semakin meriah dengan adanya pagelaran
Koordinator Pengarah Pagelaran Nyi Pohaci Wendy Kardiana mengatakan, Nyi Pohaci atau Dewi Sri dalam kepercayaan masyarakat setempat merupakan gambaran dewi padi yang memberikan kesuburan.
Upacara adat Ngalaksa menjadi simbol penting yang mengingatkan manusia untuk dapat menjaga keseimbangan antara sifat baik dan buruk dalam diri mereka, sebagaimana yang diwakili oleh Nyi Pohaci. ”
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia juga memiliki sifat-sifat yang beragam, yang diwakili oleh Nyi Pohaci dengan simbol padi beras merah dan padi beras putih.
Nyi Pohaci ini melambangkan sifat manusia yang tak lepas dari dua sisi, baik dan buruk, amarah dan mutmainah,” ujarnya.
Dikatakan Wendy, esensi Ngalaksa sebagai rasa syukur yang kaya akan makna menjadi ajang untuk merenungkan diri dan memperkuat hubungan manusia dengan alam.
“Prosesi Nyi Pohaci Ngaraksa Diri merupakan bagian tak terpisahkan dari tradisi Ngalaksa yang sudah turun-temurun kami lestarikan,” ungkapnya.
Untuk persiapan pagelaran dibutuhkan waktu kurang lebih satu bulan dengan melibatkan para pelaku seni dari Sanggar Arimbi.
“Pagelaran ini di bawah binaan Disparbudpora dengan melibatkan para pelaku seni dari Sanggar Arimbi. Harapannya, mudah-mudahan generasi muda bisa tahu bahwa esensi Ngalaksa ini sebagairasa syukur,” katanya.
( Tang / Sumedangkab.go.id ) ***