HARIANSUMEDANG.COM –Masih marak praktik perdukunan dengan cara kesurupan menstempel setiap tamu keturunan Raja-Raja dan Bupati Sumedang tempo dulu.
Nama Raja-Raja dan Bupati Sumedang tempo dulu yang kerap dijadikan objek perdukunannya dari mulai Prabu Guru Aji Putih, Prabu Geusan Ulun, Jaya Perkosa dan lainnya lagi.
Mereka, para dukun, berani menyebut angka keturunannya sehingga si tamu mengakukan ke orang-orang dirinya keturunan kesekian dari Dalam Sumedang tersebut.
Beberapa dukun bahkan mendatangi pejabat-pejabat penting dan melakukan hal sama. Ironisnya, si pejabat itu begitu percaya terhadap ungkapan sang dukun.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Subianto Sumbang Lahan Pribadi Seluas 20 Ribu Hektar untuk Konservasi Gajah di Aceh
Cek Potensi Bahan Makan Bergizi Gratis, Prabowo Subianto Kunjungi Tambak Ikan Nila Salin di Karawang
BACA JUGA :
Di SMK Korpri Sumedang Tunggakan Biaya Pendidikan Bisa Dicicil Dengan Prestasi
Cukup marak fenomena praktik perdukuman dengan modus seperti tadi, Juru Kunci makam keramat Dayeuhluhur H. Aceng Hermawan angkat bicara.
Baca Juga:
Pilkada Jawa Barat 2024, Pasangan Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan Menang hingga di Atas 60 Persen
Prabowo Subianto Minta Pemenang Piilkada dan yang Kalah Saling Kerja Sama untuk Layani Rakyat
Termasuk Teknologi MLFF, Pemerintah Indonesia Kaji Teknologi Tol yang Efektif, Efisien dan Terbaik
Menurutnya, semua itu tidak lepas dari seni perdukunan, ” Bila tidak melakukan itu, dia tidak akan dapat uang,” ujar Aceng.
Keturunan Raja atau Bupati Sumedang tempo dulu, kata Aceng, telah jelas silsilah keturunannya sesuai dengan data di Museum Prabu Geusan Ulum.
“Tidak bisa sembarang begitu saja ngaku-ngaku. Apalagi menstempel keturunan Jaya Perkosa. Sebab, kandaga lante ini tidak terkabarkan memiliki istri. Jadi bagaimana mau ada keturunannya,” ujar Aceng lagi.
Jaya Perkasa, lanjut Kuncen yang pernah jadi Anggota DPRD Sumedang, salah seorang jagoan perang dari Kerajaan Pajajaran yang diutus untuk memberikan Mahkota Binokasih kepada Ratu Sumedang.
Baca Juga:
“Ia datang bertiga bersama Terong Peot dan Kondanghapa untuk menyerahkan mahkota Kerajaan Pajajaran ke Ratu Pucuk Umun,” tutur Aceng.
Ke tiga Kandaga Lante dari Kerajaam Pajajaean itu, tutur Aceng lagi, akhirnya mengabdikan diri jadi kepala perang Kerajaan Sumedang Larang dan pernah habis-habisan menghadapi bala tenrara Kerajaan Cirebon. (Tang)