HARIANSUMEDANG.COM –Pada tahun 1970, dua peneliti Denmark melakukan perjalanan ke Greenland untuk menyelidiki paradoks gizi.
Orang-orang Inuit di wilayah tersebut mengonsumsi makanan sangat tinggi lemak, namun sering diyakini rendah tingkat serangan jantungnya.
Pengamatan tersebut bertentangan dengan dogma gizi pada saat itu, bahwa mengonsumsi makanan berlemak akan menyumbat jantung.
Suku Inuit di Greenland, wilayah Denmark, memiliki kadar kolesterol dan trigliserida darah lebih rendah daripada orang-orang di Denmark, demikian laporan para peneliti .
Baca Juga:
Ramalan Nasib Tahun 2025 Tahun Sisa Nol Kenaikan Derajat Bagi Weton Selasa dan Kamis ?
Tradisi Unik Tahun Baru di 20 Negara Masyarakat Denmark Memecahkan Piring Sebanyak Mungkin
Menurut hipotesis mereka, alasannya adalah karena pola makan suku Inuit kaya akan asam lemak omega-3 –khususnya EPA dan DHA, yang terkonsentrasi pada ikan dan hewan.
Temuan ini memicu minat para ilmuwan selama puluhan tahun untuk meneliti terhadap peran asam lemak omega-3 dalam kaitannya dengan kesehatan jantung,
Bahkan pada penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa, pada kenyataannya, suku Inuit memiliki tingkat risiko penyakit jantung yang serupa dengan di Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada.
Saat ini, suplemen omega-3 termasuk yang paling populer di Amerika Serikat, Di antara orang dewasa AS berusia 60 tahun ke atas, sekitar 22 persen melaporkan mengonsumsi omega-3.
Baca Juga:
Keindahan dan Sejarah Tahura Gunung Kunci di Sumedang: Destinasi Wisata yang Wajib Dikunjungi
Kenapa Kucing Takut Dengan Mentimun ? Buah Ini Membuat Kucing Kaget dan Melihat dari Kejauhan
Pengakuan Seorang Pejabat Politik di Negeri Antah Berantah Dukungan Rakyat-Rakyat Bodoh
Kata Dr. JoAnn Manson, seorang profesor kedokteran di Harvard Medical School, hasil penelitian tersebut beragam, sehingga para peneliti dan dokter masih memperdebatkan manpaat minyak ikan bagi kesehatan jantung.
Mereka malah mengungkapkan mengonsumsi minyak ikan dikaitkan dengan risiko sedikit lebih besar untuk mengalami fibrilasi atrium , sejenis detak jantung tidak teratur.
Para peneliti mulai mengamati orang-orang di belahan dunia lain dan menemukan, bahwa yang mengonsumsi ikan lebih kecil kemungkinannya meninggal karena penyakit jantung koroner ketimbang yang jarang mengonsumsinya.
Bahkan, kata Dr. Dariush Mozaffarian, seorang ahli jantung, dalam percobaan pada hewan, minyak ikan membantu menjaga sinyal listrik dalam sel-sel jantung menjadi lebih baik,
Baca Juga:
Mobil Listrik: Inovasi Terbaik di Era Baru Otomotif, Mampukah Mengalahkan Mobil Konvensional ?
Guru Besar Universitas Padjadjaran Temukan Terapi Sariawan Berbahan Dasar Alami
Tim PKM-RE Universitas Padjadjaran Temukan Kombinasi Tanaman Pengobatan Kanker Payudara
Ada banyak antusiasme terhadap temuan tersebut, kata Dr. Christine Albert, ketua departemen kardiologi di Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles.
Dan wajar saja jika orang-orang berharap dapat memperoleh manfaat yang sama dari mengonsumsi minyak ikan dalam bentuk suplemen, imbuhnya.
Namun, sebagian besar uji klinis kapsul minyak ikan kurang adanya penurunan kematian akibat penyakit jantung atau kejadian kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke.
Itulah temuan meta-analisis tahun 2018 yang menggabungkan hasil dari 10 uji coba omega-3 yang melibatkan hampir 78.000 orang.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Demikian pula, para peneliti melaporkan tidak ada manfaat kesehatan jantung dari omega-3 dalam uji coba tahun 2018 yang melibatkan lebih dari 15.000 orang dewasa dengan diabetes tipe 2.
Pada uji coba tahun 2019 melibatkan lebih dari 25.000 orang 50 tahun ke atas dan uji coba tahun 2020 terhadap dosis tinggi omega-3 yang diuji pada lebih dari 13.000 orang berisiko penyakit kardiovaskular.
“Satu per satu penelitian ini menunjukkan tidak ada manfaat sama sekali,” kata Dr Steven Nissen, seorang ahli jantung di Cleveland Clinic, yang memimpin uji coba tahun 2020.
Satu uji coba, diumumkan pada tahun 2018 , memang menunjukkan manfaat dosis tinggi omega-3 EPA. Namun, uji coba tersebut dikritik karena menggunakan minyak mineral.
“Akan sulit bagi siapa pun yang melihat data itu untuk berpikir bahwa ada manfaat suplemen minyak ikan,” kata Dr. Ann Marie Navar, seorang ahli jantung preventif di University of Texas.
Pakar lain, termasuk Dr Manson, tidak begitu siap untuk menyerah pada suplementasi omega-3. Meskipun sebagian besar uji klinis tidak menunjukkan manfaat pada risiko kardiovaskular.
Katanya, beberapa telah menyarankan bahwa omega-3 dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner , termasuk serangan jantung.
Sebuah analisis tahun 2020 terhadap 32 uji coba, misalnya, menemukan bahwa yang mengonsumsi omega-3 memiliki kemungkinan 9 persen lebih kecil mengalami serangan jantung, meskipun belum ada bukti kuat.
Terlepas dari semua perdebatan tentang potensi manfaat kesehatan dari minyak ikan, ada kesepakatan umum bahwa suplemen tersebut tampaknya meningkatkan risiko fibrilasi atrium, atau fibrilasi atrium.
Meskipun kondisi tersebut tidak langsung mengancam jiwa, kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko stroke dan gagal jantung seiring waktu, kata Dr. Albert.
Dalam sebuah studi tahun 2021 , Dr. Albert dan rekan-rekannya menggabungkan hasil dari tujuh uji coba dan menyimpulkan mengonsumsi omega-3 berisiko 25 persen lebih besar terkena fibrilasi atrium secara rata-rata.
Risikonya bahkan lebih tinggi ketika orang mengonsumsi omega 3 dosis yang lebih besar, demikian temuan mereka.
Jadi, haruskan Pembaca Harian Dumedang Online mengkonsumsi minyak ikan ?
Beberapa ahli jantung, seperti Dr. Navar dan Dr. Nissen, mengatakan bukti-bukti tidak mendukung minyak ikan bisa menurunkan risiko penyakit jantung. Malahan, dia menyarankan agar mereka berhenti mengonsumsinya.
Pakar lain, seperti Dr. Manson dan Dr. Mozaffarian, berpendapat bahwa mengonsumsi suplemen minyak ikan dapat bermanfaat bagi orang yang tidak banyak mengonsumsi makanan laut.
Dalam uji coba tahun 2019 yang dipimpin oleh Dr. Manson, omega-3 bermanfaat bagi orang yang kurang dari satu setengah porsi ikan per minggu, tetapi tidak bagi yang mengonsumsi lebih dari itu.
Namun, lebih baik mendapatkan omega-3 dari ikan daripada dari minyak ikan, kata Dr. Manson.
Mengonsumsi ikan menyediakan protein, vitamin, dan mineral – dan merupakan pilihan yang lebih sehat daripada daging merah dan olahan.
Pedoman dari American Heart Association menyarankan untuk mengonsumsi setidaknya dua porsi tiga ons per minggu. Yang terbaik adalah ikan berlemak seperti salmon, makerel, ikan teri, dan sarden.
Jika Anda mempertimbangkan untuk mengonsumsi minyak ikan, perlu diingat bahwa industri suplemen tidak memiliki banyak regulasi.
Beberapa suplemen minyak ikan diketahui mengandung asam lemak yang rusak atau tengik , yang mungkin kurang efektif atau bahkan berbahaya , kata Dr. Navar.
Untuk produk yang lebih berkualitas, cari sertifikasi dari organisasi pihak ketiga seperti US Pharmacopeia atau NSF, saran Dr. Manson.
Dosis tinggi asam lemak omega-3 mungkin direkomendasikan bagi orang dengan trigliserida darah sangat tinggi, yang dapat meningkatkan risiko radang pankreas.
Omega-3 merupakan pendekatan yang efektif, meskipun bukan satu-satunya, untuk menurunkan trigliserida.
Namun, jika Anda ingin melindungi jantung Anda, ada perubahan lain pada pola makan dan gaya hidup Anda yang terbukti membantu.
Orang-orang yang berharap kesehatan jantung berasal dari suplemen makanan ajaib sebenarnya salah jalan,” katanya. “Kesehatan jantung berasal dari kebiasaan yang baik dan sehat.
(Tatang Tarmedi — The New York Times) ***