HARIANSUMEDANG.COM — Fenomena Jatinangor kini ibarat menuju proses pemarjinalan warga aslinya. Mereka seperti dilahap secara perlahan oleh dinamika perkembangan wilayahnya sendiri.
Prosesnya dimulai dari titik awal pusat pertumbuhan terjadi, wilayah sekitar kampus perguruan tinggi berdiri. Di titik ini, keberadaan warga asli Jatinangor sulit diraba keberadaannya.
Meskipun satu dua KK masih bisa dikenali, namun keberadaan mereka seolah terhimpit beton-beton rumah kontrakan yang berdiri seolah tidak bertuan, siapa dan darimana asalnya.
Hal tadi seringkali terjadi secara tiba-tiba, lahan kosong di seputar mereka dalam hitungan minggu telah terbangun menjadi komplek rumah kontrakan.
Baca Juga:
Bentuk Badan Gizi Nasional, Presiden Prabowo Subianto Ucapkan Terima Kasih ke Jokowi
Presiden Prabowo Subianto Sebut Rakyat Perlu Pupuk, Bibit, Sekolah Diperbaiki, Tak Usah Seminar Lago
Rumah baru dibangun itu akhirnya dipenuhi para pengontrak kebanyakan mahasiswa-mahasiswi dari perguruan tinggi yang ada di Jatinangor.
Komonitas para pengontrak dan warga asli rata-rata ibarat air dan minyak, masing-masing tidak mampu utuh bercampur dan berinteraksi.
Hiruk-pikuk Jatinangor kebanyakan diperankan oleh para pendatang, baik penuntut ilmu maupun pebisnis yang bertaruh hidup di kawasan pendidikan.
Disinyalir, jumlah rumah kontrakan di Desa Hegarmanah dan Cibeusi saja, mencapai 5.000 unit , pebisnis ini rata-rata dijalankan warga dari luar wilayah Jatonangor.
Baca Juga:
Masalah Bilateral Termasuk Tenaga Kerja Sepakat Kita Tertibkan, Prabowo Subianto ke Malaysia
Pembangunan rumah kontrakan di Jatinangor masih terus berlanjut, hamparan pesawahan perlahan menyempit, tersulap jadi rumah kontrakan.
Warga asli Jatinangor terus mundur ke wilayah-wilayah yang dinamika pembangunan rumah kontrakannya tidak terlalu dasyat.
Hanya disebagian wilayah tadi sedang terjadi pembangunan perumahan oleh beberapa pengembang dengan menerobos ke wilayah lahan konservasi.
Jatinangor masuk pada situasi dilema kewilayahan, antara pesatnya pembangunan dan mulai terrmarginalkan warga aslinya, terutama di awal-awal terbentuknya pusat pertumbuhan.
Baca Juga:
Media Online Ini Siap Bantu Terbitkan Artikel Tugas Kampus di Media Online, Khusus untuk Mahasiswa
(Tatang Tarmedi) ***