HARIANSUMEDANG.COM — Fenomena Jatinangor kini ibarat menuju proses pemarjinalan warga aslinya. Mereka seperti dilahap secara perlahan oleh dinamika perkembangan wilayahnya sendiri.
Prosesnya dimulai dari titik awal pusat pertumbuhan terjadi, wilayah sekitar kampus perguruan tinggi berdiri. Di titik ini, keberadaan warga asli Jatinangor sulit diraba keberadaannya.
Meskipun satu dua KK masih bisa dikenali, namun keberadaan mereka seolah terhimpit beton-beton rumah kontrakan yang berdiri seolah tidak bertuan, siapa dan darimana asalnya.
Hal tadi seringkali terjadi secara tiba-tiba, lahan kosong di seputar mereka dalam hitungan minggu telah terbangun menjadi komplek rumah kontrakan.
Baca Juga:
Bupati H. Dony Ahmad Munir Cek Jalan Rusak dan Rambu Lalu-lintas di Jalan Raya Jatinangor
Polemik Hukum Mediasi: Ridwan Kamil Diwakilkan, Selebgram Lisa Mariana Tuntut Itikad Baik
Korban Longsor Tambang Cirebon Capai 19 Jiwa, Penambangan Diduga Langgar SOP dan Aturan Minerba
Rumah baru dibangun itu akhirnya dipenuhi para pengontrak kebanyakan mahasiswa-mahasiswi dari perguruan tinggi yang ada di Jatinangor.
Komonitas para pengontrak dan warga asli rata-rata ibarat air dan minyak, masing-masing tidak mampu utuh bercampur dan berinteraksi.
Hiruk-pikuk Jatinangor kebanyakan diperankan oleh para pendatang, baik penuntut ilmu maupun pebisnis yang bertaruh hidup di kawasan pendidikan.
Disinyalir, jumlah rumah kontrakan di Desa Hegarmanah dan Cibeusi saja, mencapai 5.000 unit , pebisnis ini rata-rata dijalankan warga dari luar wilayah Jatonangor.
Baca Juga:
Motif Dendam Pribadi Terungkap dalam Kasus Penculikan Guru SD di Cirebon, Tiga Pelaku Ditangkap
Daftar Rotasi dan Promosi Pejabat Setingkat Eselon II di Lingkungan Pemerintah Daerah Sumedang
Pembangunan rumah kontrakan di Jatinangor masih terus berlanjut, hamparan pesawahan perlahan menyempit, tersulap jadi rumah kontrakan.
Warga asli Jatinangor terus mundur ke wilayah-wilayah yang dinamika pembangunan rumah kontrakannya tidak terlalu dasyat.
Hanya disebagian wilayah tadi sedang terjadi pembangunan perumahan oleh beberapa pengembang dengan menerobos ke wilayah lahan konservasi.
Jatinangor masuk pada situasi dilema kewilayahan, antara pesatnya pembangunan dan mulai terrmarginalkan warga aslinya, terutama di awal-awal terbentuknya pusat pertumbuhan.
Baca Juga:
Kunci UMKM Memenangkan Perhatian Media dan Pasar, Komunikasi Strategis Publikasi Press Release
Termasuk Bank BJB, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Sesalkan Korupsi Bos Sritex Rugikan Sejumlah Bank
(Tatang Tarmedi) ***